5 Game Rockstar Paling Mengecewakan, Jauh dari Ekspektasi!

Posted on

Tidak dibenci, tetapi mengkhianati ekspektasi

Rockstar Games terkenal sebagai salah satu pengembang game terbesar di dunia dengan karya-karya populer seperti Grand Theft Auto (GTA) dan Red Dead Redemption (RDR). Meski begitu, tidak semua game Rockstar mendapat sambutan baik dari penggemar dan kritikus. Beberapa game justru dianggap mengecewakan karena masalah teknis, gameplay yang tidak menarik, atau ekspektasi yang terlalu tinggi. Berikut daftar lima game Rockstar paling mengecewakan itu.

1. Grand Theft Auto: The Trilogy – The Definitive Edition (2021)

Salah satu rilisan terbaru Rockstar, GTA: The Trilogy – The Definitive Edition yang dirilis pada 2021, sangat diantisipasi para penggemar. Trilogi ini terdiri dari remaster tiga game legendaris: GTA III, Vice City, dan San Andreas. Namun, alih-alih mendapatkan pujian, game ini justru menjadi salah satu rilisan paling kontroversial dan mendapat banyak kritik. Banyak pemain melaporkan adanya masalah serius seperti bug, glitch, dan grafik yang tidak sesuai harapan. Perubahan visual yang dilakukan malah dianggap memperburuk pengalaman bermain. Bahkan, beberapa fitur yang seharusnya ditingkatkan justru membuat trilogi ini terlihat kurang menarik dibandingkan versi aslinya. Menurut Kotaku, game ini adalah bencana karena banyaknya masalah teknis yang ditemui para pemain. Sementara itu, IGN mengkritik kualitas visualnya yang dianggap merusak estetika klasik yang sudah dibangun game aslinya. Para penggemar pun merasa trilogi ini tidak memenuhi standar tinggi yang biasanya dipatok Rockstar.

2. State of Emergency (2002)

State of Emergency adalah salah satu game Rockstar yang dirilis pada 2002 setelah kesuksesan besar GTA III. Banyak penggemar yang berharap tinggi kepada game ini, terutama karena latar belakangnya yang mengambil tema kerusuhan massal di kota besar. Sayangnya, game ini tidak memenuhi ekspektasi. Gameplay-nya dianggap terlalu repetitif dan cepat membosankan dengan variasi misi yang minim. Padahal, premis game ini sebenarnya menarik, tetapi eksekusinya tidak berhasil membuat pemain bertahan lama. Meskipun aksi dan kekacauan yang ditawarkan cukup menarik pada awal permainan, game ini kehilangan pesonanya dengan cepat.Menurut Eurogamer, State of Emergency hanya menjadi game yang terlalu dibesar-besarkan dengan gameplay dangkal yang tidak mampu bertahan lama. Gamespot juga mengkritik kurangnya inovasi yang membuat game ini terasa kurang menarik setelah beberapa jam pertama. IGN juga menyoroti masalah serupa dengan menyebut konsep kekerasan massal dan kekacauan tampak menjanjikan, tetapi realisasinya kurang memuaskan dan gagal mempertahankan perhatian pemain dalam jangka panjang.

3. Manhunt 2 (2007)

Manhunt 2 merupakan permainan kontroversial karena tingkat kekerasannya yang ekstrem, bahkan dilarang di beberapa negara. Di luar kontroversi itu, kualitas permainan ini justru dianggap mengecewakan. Sensor ketat pada beberapa versi membuat pengalaman bermain terasa terpotong, sehingga permainan ini gagal mencapai kesuksesan yang diharapkan. Menurut The Guardian, Manhunt 2 tidak mampu mempertahankan arah yang jelas di tengah kontroversi yang terus melingkupinya. Kritikus juga mencatat, permainan ini gagal membawa inovasi yang berarti dalam genre aksi siluman. Hal ini membuatnya tidak bisa menyaingi kesuksesan pendahulunya.

4. L.A. Noire (2011)

L.A. Noire adalah game detektif yang memanfaatkan teknologi motion capture untuk menampilkan ekspresi wajah karakter dengan sangat detail. Meskipun grafiknya mengesankan, gameplay game ini dinilai terlalu repetitif. Misi investigasi yang berulang dan kurangnya variasi dalam cerita membuat banyak pemain merasa bosan setelah beberapa waktu. Polygon memuji aspek visual L.A. Noire, tetapi mengkritik gameplay yang terlalu statis dan lamban. Meskipun game ini mencoba menghadirkan atmosfer yang kuat, kurangnya variasi dalam investigasi dan pacing yang lamban membuat banyak pemain kehilangan minat. Kritik serupa juga datang dari IGN, yang merasa game ini tidak menawarkan cukup variasi dalam misi dan cerita.

5. Table Tennis (2006)

Rockstar dikenal dengan game-game bertema aksi. Banyak penggemar bingung ketika mereka merilis Table Tennis pada 2006. Perilisan ini seakan menjadi kejutan besar, mengingat Rockstar lebih identik dengan waralaba Grand Theft Auto dan Red Dead Redemption yang sarat dengan narasi kekerasan. Meskipun game ini memiliki mekanisme yang solid dan cukup menarik sebagai game olahraga, Table Tennis terasa aneh dalam portofolio Rockstar yang biasanya berisi game-game aksi. Namun, terlepas dari genre yang berbeda, Table Tennis berhasil menunjukkan komitmen Rockstar dalam menghadirkan permainan dengan kualitas tinggi dan kontrol yang presisi. IGN memuji mekanisme permainan yang baik, tetapi merasa game ini kurang sesuai dengan ekspektasi penggemar Rockstar. IGN juga menyoroti, permainan ini menunjukkan kecerdikan teknis Rockstar dalam menciptakan game yang sederhana, tetapi tetap menantang.

Hal serupa diungkapkan GamesRadar, yang menyebut Table Tennis sebagai eksperimen aneh yang tidak sejalan dengan reputasi Rockstar. Mereka menambahkan, meskipun game ini terasa di luar jalur, Table Tennis tetap memberikan pengalaman olahraga yang menyenangkan bagi penggemar pingpong virtual. Meski dikenal sebagai pengembang yang menghasilkan banyak mahakarya, tidak semua game Rockstar berhasil memenuhi ekspektasi tinggi penggemar dan kritikus. Tiap studio besar pasti pernah mengalami kegagalan. Bagi Rockstar, beberapa proyek seperti GTA Trilogy – The Definitive Edition dan State of Emergency membuktikan mereka tidak selalu sempurna. Pada akhirnya, meskipun beberapa game mengecewakan, Rockstar Games tetap menjadi salah satu pengembang paling berpengaruh di industri game. Tiap langkah mereka, baik sukses maupun gagal, membantu membentuk masa depan industri game.